Bismillah, Allahumma yassir wa A’in
Khutbah Idul AdhaAhad, 10 Dzulhijjah 1435 H
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله،:
{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ }{ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا }{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا }{ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }، أما بعد،
Segala puji bagi Allah, atas nikmat hidayah yang Allah limpahkan kepada kita, sehingga kita bisa menjadi seorang muslim.
Segala puji bagi Allah, atas nikmat rasa aman yang Dia berikan kepada kita, sehingga kita bisa melakukan berbagai aktivitas, tanpa gangguan dan rasa takut.
Segala puji bagi Allah, atas nikmat rizki yang Dia limpahkan kepada kita, sehingga kita memiliki bekal untuk hidup.
Jamaah shalat id yang kami hormati, dua nikmat ini, nikmat rasa aman dan terpenuhinya rizki makanan, adalah dua nikmat yang Allah jadikan alasan untuk memerintahkan orang musyrik, agar mereka masuk islam. Allah berfirman,
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ . الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy: 3 – 4)
Seperti yang kita tahu, Allah memberikan banyak nikmat kepada umat manusia. Namun dua nikmat ini Allah sebutkan sebagai alasan untuk memerintahkan mereka, agar mau tunduk beribadah kepadanya. Ini menunjukkan, betapa dua nikmat ini adalah nikmat yang luar biasa.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut, orang yang mendapatkan dua nikmat tersebut, ditambah dengan nikmat sehat, seolah dia telah mendapatkan dunia seisinya.
Dari Ubaidillah bin Mihshan al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، آمِنًا فِي سِرْبِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa diantara kalian yang pagi harinya dalam kondisi sehat fisiknya, aman di tempat tinggalnya, dan dia memiliki bahan makanan untuk hari itu, seolah dikumpulkan dunia untuknya. (HR. Turmudzi 2346, Ibn Majah 4141, dan dishahihkan al-Albani).
Kita bisa perhatikan, ketika Allah telah memberika 3 nikmat ini kepada kita, kurang apalagi yang kita butuhkan. Tinggal apakah manusia itu mau beriman ataukah tidak.
Ma’asyiral Muslimin rahimahullah, setelah memahami betapa Allah telah memberikan nikmat yang bertubi-tubi kepada kita, selayaknya kita sadar diri, bahwa kondisi yang seharusnya kita syukuri, jauh lebih banyak dibandingkan kondisi yang harus kita keluhkan.
Namun sayangnya, kenyataan yang kita jumpai sebaliknya. Umumnya manusia lebih banyak mengeluh dari pada bersyukur. Dia tidak sadar, nikmat telah dia rasakan, jauh lebih banyak dari pada yang dia minta. Sungguh benar apa yang Allah firmankan,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
”Betapa sedikit diantara hambaku yang pandai bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd
Jamaah shalat id yang kami hormati,
Sesugguhnya bagian dari tabiat manusia, mereka akan memeriahkan hari istimewa mereka dengan berhari raya. Karena itu, kita bisa melihat, hampir semua agama dan aliran kepercayaan, mereka memiliki hari raya sesuai keyakinan dan ajaran agamanya.
Dan diantara bentuk kasih sayang Allah kepada kita, Allah berikan kepada kita syariat hari raya. Allah tidak membiarkan kita untuk mengikuti kegiatan hari raya agama lain. Allah juga tidak membiarkan kita untuk membuat hari raya sendiri, sesuai hawa nafsu dan keinginan kita. Namun Allah ajarkan kepada kita dua hari raya, sebagai sarana memeriahkan kegembiraan kita sebagai kaum muslimin.
Mengapa ini kita sebuat sebagai rahmat?
Karena ketika kita memeriahkan hari raya yang Allah ajarkan, berarti kita mengikuti aturan syariat yang Allah tetapkan, sehingga kita mendapatkan dua manfaat ketika berhari raya,
Pertama, kegembiraan bersama keluarga dan masyarakat
Kedua, pahala karena kita mengikuti ajaran syariat.
Bisa dipastikan, ketika islam tidak menetapkan adanya hari raya bagi umatnya, tentu kaum muslimin akan mengikuti hari raya yang diajarkan agama dan aliran kepercayaan lain. Sehingga yang terjadi bukan mendapat pahala, namun justru sebaliknya, kita akan mendapat dosa.
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah,
Dan kondisi seperti inilah yang dialami penduduk Madinah, sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang berhijrah ke Madinah. Masyarakat Madinah memeriahkan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan, yang itu sejatinya adalah hari raya orang majusi. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, beliau melarang mereka, dan beliau mengajarkan dua hari raya istimewa, idul fitri dan idul adha.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hari raya di Madinah, beliau bersabda,
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَإِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ
Aku datang kepada kalian, sementara kalian memiliki dua hari raya yang kalian jadikan sebagai waktu kemeriahan. Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dengan dua hari yang jauh lebih baik dari pada keduanya: Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ahmad 12827, Nasai 1556, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Jamaah shalat id yang kami hormati,
Diantara keistimewaan bulan Dzulhijjah dan idul adha, Allah jadikan beberapa hari ini sebagai hari monumental untuk mengenanga jasa besar Nabiyullah Ibrahim dan keluarganya. Bisa kita saksikan, banyak diantara kegiatan selama Dzulhijjah, yang ini merupakan pelestarian ajaran Ibrahim. Seperti haji, menyembelih kurban, sai antara shafa dan marwah, melempar jumrah dan yang lainnya.
Kita bisa perhatikan, amalan Ibrahim beserta keluarganya, yang dikerjakan beribu-ribu tahun yang lalu, pengaruhnya masih bisa kita rasakan hingga sekarang. Ini menunjukkan betapa Allah memuliakan Ibrahim. Dalam bentuk Allah abadikan ajaran amalannya, sehingga diikuti oleh masyarakat islam seantero dunia sampai sekarang.
Ini semua menunjukkan, bahwa amalan Nabi Ibrahim adalah amalan yang sangat ikhlas, semua ditujukan untuk Allah. Sehingga ketika beliau melakukan amal itu sangat ikhlas, maka Allah abadikan amal itu dan Allah lestarikan ajaran itu.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Keadaan semacam ini, pernah terjadi pada Imam Malik. Salah satu ulama besar, yang pernah menulis kitab hadis, berjudul al-Muwatha’.
Diceritakan oleh Ibnu Abdil Bar, bahwa sebelum Imam Malik menulis al-Muwatha’, telah banyak ulama lain yang menulis al-Muwatha’. Ketika ketika Imam Malik menulisnya, sebagian muridnya berkomentar,
Wahai Malik, kitab al-Muwatha’ itu sudah banyak. Mengapa harus nulis Muwatha’.
Kemudian, kita lihat bagaimana jawaban Imam Malik,
ما كان لله فهو أبقى
Segala sesuatu yang dilakukan untuk Allah, maka dia akan lebih kekal.
Hadhirin yang kami hormati,
Di masa silam, ada ribuan penguasa, ada ribuan orang kaya, dan ada ribuan ulama. Dan bisa kita saksikan saat ini, nama ribuan para penguasa itu, dan para orang kaya itu, hilang ditelan masa. Umat tidak lagi menyebutnya, masyarakat tidak lagi mengenalnya. Berbeda dengan nama para ulama. Nama mereka selalu disebut dalam berbagai kesempatan. Nama mereka masih begitu segar untuk kita dengar.
Kita mengenal Imam Malik, namun kita tidak pernah mengenal siapa nama raja dan nama orang terkaya yang hidup di zaman Imam Malik. Kita mengenal Imam as-Syafii, namun kita tidak pernah mengenal siapa nama raja dan nama orang terkaya yang hidup di zaman Imam as-Syafii. Kita mengenal Imam Ahmad, Imam Bukhari, Turmudzi, Abu Daud. Kita mengenal Ibnul Jauzi, al-Ghazali. Kita mengenal Ibnu Hajar al-Asqalani, Suyuthi, as-Shan’ani. Bahkan kita mengenal karya-karya mereka. Namun kita tidak pernah mengenal siapa nama raja dan orang kaya yang hidup sezaman dengan mereka.
Padahal dulu, para raja, orang kaya, dan para ulama, sama-sama terkenal di zaman mereka hidup. Namun setelah mereka meninggal, manusia yang orientasi hidupnya hanya untuk dunia, mereka hilang dan tidak Allah abadikan. Sementara manusia yang orientasi hidupnya untuk islam, Allah abadikan namanya dan Allah lestarikan ajarannya.
Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd
Jamaa’ah shalat id yang kami hormati,
Dulu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah id. Di bagian akhir khutbah, beliau mendekat ke jemaah wanita, dalam rangka menyampaikan pesan khusus kepada putri bani Adam. Yang ini menunjukkan betapa beliau sangat memperhatikan kondisi para muslimah. Karena beliau tidak menghendaki, umatnya dibinasakan, sebagaimana yang terjadi pada bani Israil. Apa sebab pertama bani Israil dibinasakan? Sebabnya karena fitnah wanita.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Allah menghidupkan kalian untuk tinggal di dunia. kemudian Allah akan melihat apa yang kalian kerjakan. Karena itu, hati-hatilah terhadap dunia dan wanita. Karena awal kebinasaan bani Israil, disebabkan wanita. (HR. Ahmad 11169, Muslim 2742, dan yang lainnya)
Untuk itu, di penghujung khutbah ini, kami sampaikan pesan-pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang secara khusus ditujukan bagi para wanita. Diantaranya,
Dalam hadis tentang khutbah id Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berpesan,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ» فَقُلْنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
Wahai para wanita, perbanyaklah bersedekah. Kami aku melihat kalian kebanyakan penduduk neraka.
Para sahabat bertanya: ’Mengapa demikian, ya Rasulullah?’
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ العَشِيرَ
‘Karena kalian banyak mencela dan mengingkari kebaikan suami.’ (HR. Bukhari 304 & Muslim 885)
Hati-hati dengan lisan, karena ini sebab terbesar yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka.
Hadhirin yang kami hormati,
Pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya bagi para wanita adalah pesan untuk menjaga aurat.
Jaga aurat anda dan jangan ditampakkan kepada orang lain, selain suami dan keluarga. Sebenarnya kita semua telah menyadari bahwa menampakkan aurat, berarti dia menebar dosa bagi lingkungannya. Semakin banyak mata yang memandang, semakin banyak dosa yang akan dia dapatkan.
Karena itu, pantas saja jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman keras bagi wanita yang suka mengumbar auratnya. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: [1] sekelompok manusia yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dia gunakan untuk menyiksa orang lain. Tafsirnya, para pemimpin yang dzalim. [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, dia berlenggak lenggok kepalanya seperti punuk onta yang bergoyang. Mereka tidak masuk surga dan tidak akan menjumpai wanginya surga. Padahal wanginya surga bisa dijangkau dalam jarak yang sangat jauh. (HR. Ahmad 7083, Muslim 2128 dan yang lainnya).
Sebagian ulama menyebutkan bahwa makna berpakaian tapi telanjang mencakup 3 hal:
- Berpakaian namun tidak menutup seluruh auratnya
- Memakai pakaian yang transparan tembus pandang
- Memakai pakaian yang ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya.
Kita bisa perhatikan, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman bagi wanita semacam ini?
Beliau mengancam, wanita ini tidak akan mencium wanginya surga. Menunjukkan dia sangat dijauhkan dari surga. Wal’iyadzu billah.
Mengapa demikian besar hukumannya? Jawabannya, karena dia menjadi sumber dosa bagi lingkungannya.
Hadhirin, para jamaah yang kami hormati.
Namun pemandangan yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan, kita jumpai banyak wanita kurang perhatian dengan adanya ancaman ini. Mereka masih menganggap remeh masalah menebar aurat. Bahkan suasana semacam ini kita saksikan ketika pelaksanaan shalat id. Betapa banyak jamaah wanita ketika pulang dari shalat id, mereka melepaskan atribut muslimahnya, dan pulang dengan menampakkan auratnya.
Kami menyerukan kepada para putri bani Adam, kita di sini datang untuk mendapatkan ridha dan ampunan Allah. Karena itu, jangan dinodai dengan perbuatan yang mengundang murka Allah.
Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd
Jamaah shalat id yang berbahagia
Selanjutnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah, agar kita diberi sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Ditulis oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/23568-khutbah-idul-adha-1435-h.html